Uji Kemurnian Madu
Salah
satu keraguan yang sering kali muncul ketika orang akan membeli madu,
adalah: ”Ini madu asli atau palsu?” Banyak beredar informasi cara
membuktikan suatu madu itu asli (murni) atau palsu (tidak murni). Di
antaranya:
- pentol korek yang dicelup ke madu, lantas digeret. Kalau bisa nyala, berarti asli.
- madu diteteskan ke sehelai kertas tisu. Kalau madu tetap, tidak tembus ke bawah/meleber ke samping, berarti asli.
- madu dicampur dengan kuning telur, kalau kuning telur jadi matang, jaminan asli
- madu dicampur dengan air teh. Bila airnya menjadi hitam, maka madu itu asli.
Semua
informasi di atas TIDAK BENAR. Madu yang tidak murni pun masih bisa
membuat korek api menyala, kertas tisu masih utuh, kuning telur jadi
matang, dan air teh menjadi hitam. Lantas berdasarkan apa suatu madu
dikatakan murni atau tidak murni?
Bila
ingin mengetahui kemurnian madu secara sederhana adalah dengan mengukur
kadar air yang terkandung di dalam suatu madu. Kadar air itu diukur
menggunakan repraktometer.
Menurut standar perdagangan internasional, yang juga menjadi acuan Madu
Pramuka, madu murni paling banyak hanya boleh mengandung air lebih
kurang 18% saja (mestinya 17,4%). Karena kalau madu mengandung air lebih
dari 18%, madu akan mengalami fermentasi, lalu rusak. Seringkali madu
rusak dianggap sebagai madu tidak asli, padahal, bisa saja dia asli,
hanya saja rusak!
Caranya,
pada ujung repraktometer ditetesi sampel madu yang akan diukur kadar
airnya. Setelah ditetesi, langsung bisa dilihat. Kadar air ditunjukkan
oleh batas tertinggi warna biru muda yang terdapat di skala metrik.
Skala metrik tersaji secara vertikal. Angka terendah terdapat di bagian
atas. Semakin ke bawah semakin besar, yang menunjukkan pula semakin
tingginya kadar air dalam madu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar